Jumat, 30 Mei 2008

Tumpengan Ala Fismaba

Tumpeng piramida syuq


Tumpeng Buuths Putra




Tumpeng Tuna Madrasah


Aneka Tumpeng Fismaba yang mencapai 11 Tumpeng

[+/-] Selengkapnya...

SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN

SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN
Oleh : Didik Purnomo ®

Pengantar

Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah menurunkan al-Qur’an ke bumi sebagai petunjuk, pedoman dan pengetahuan bagi manusia.


Sholawat serta salam tetap dan terus mengalir kepada Nabi Muhammad Saw. manusia yang mempunyai jasa besar sebagai perantara turunya al-Qur’an kepada umat manusia.
Sesungguhnya al-Qur’an adalah Wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah disampaikan kepada kita ummatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukumi kafir bagi orang yang mengikarinya.

Al-Qur’an adalah sebuah undang-undang bagi agama Islam, yang diyakini oleh orang muslim akan keaslian dari Sang Ilahi, tanpa ada campur tangan manusia dalam merubah atau menggati lafadz serta ma’nanya.

Ibarat pengemudi yang akan mengantarkan penumpangnya ke jalan lurus selamat dan sukses di dunia maupun di akhirat, ia tidak akan membawa penumpangnya menjadi tersesat dijalan, ataupun menjadi bingung dengan jalan yang banyak bahkan murtad, namun ia akan menjadikan penumpangnya merasakan ketenangan, mendapat petunjuk dan mengantar ketujuan penumpang dengan selamat.

Akan tetapi, terkadang juga ada penumpang yang masih mempunyai keraguan dalam hatinya, terhadap jalur arah dan tujuan yang ditempuh si pengemudi ini, dia masih melihat kanan-kiri jalan, apakah jalannya sudah lurus apa tidak ?.

Tidak sedikit dari kalangan orang Islam sendiri yang masih teromabang-ambingkan dalam laut keyakinan, yang bisa juga, menjadikan orang Islam itu sendiri tenggelam dalam jurang kesesatan, padahal sudah jelas kita sudah mempunyai peta dan petunjuk untuk menempuh lautan dunia.

Fonemana yang sering terjadi ditengah-tengah perjalanan kehidupan kita, terkadang juga kita masih merasakan lemah dan tipisnya pengetahuan tentang agama Islam, apalagi dikhalayak masyarakat yang sangat sensitif sekali dengan masalah keyakinan, karena keyakinan agama mereka terbentuk berdasarkan budaya disekitar yang masih berpontensi besar bergoyang dan bergesar kekiri atau jatuh kebawah. Hal itu semua, tidak lain disebabkan oleh kedangkalan dan buramnya Ilmu pengetahuan tentang agama Islam, baik dari segi isi kandungan al-Qur’an, maupun tentang sejarah pembukuan al-Qur’an.

Dewasa ini para orientalis sudah menyoroti dan memantau setiap aksi atau activitas yang dilakukan orang Islam, mereka sedang mencari cela-cela kelemahan dan kebodohan orang Islam dalam beragama, mereka hendak meruntuhkan ajaran Islam dan keyakinan melalui cela kebodohan itu.

Dikalangan orientalis berusaha menepis sejarah punulisan al-Qur’an, kendati melihat rentang masa lima belas tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw. dengan didistribusikan naskah al-Qur’an ke pelbagai wilayah dunia Islam, banyak mereka memaksakan pendapat tentang kemungkinan terjadinya kesalah yang menyeruak ke dalam teks al-Qur’an dimasa itu.

Maka dari sini lah pentingnya kita mempelajari historis kodifikasi al-Qur’an pada masa Rasulullah hingga masa Ustman, serta mencari argument-argument yang tidak diragukan lagi kebenaranya untuk menjawab dan mematahkan pendapat para orientalis terhadap al-Qur’an, dan segera menutupi cela jalan bagi orang orientalis yang hendak mendistorsikan permasalah yang benar.

Dalam bahasan kali ini penulis mencoba menyoroti permasalah yang sedang dipermasalahkan oleh para oreintalis yaitu tentang sejarah kodifikasi al-Qur’an dari masa Nabi Muhammad Sw. Masa Kholifat Abu Bakar dan masa Kholifah Ustman bin ‘Afan.

Sekilas mengenai Jama’a
Kata jama’a atau dalam bahasa populer adalah kodifikasi.
dalam bahasa arab kata jama’a dari segi bahasa mempunyai arti menyusun yang terpisah atau yang tak beraturan. Yaitu mengumpulkan sesuatu dengan mendekatkan bagian satu dengan bagian yang lain.

Dalam Ilmu al-Qur’an, kata jama’a mumpunyai dua arti yang nantinya dari ma’na itu akan melahirkan ma’lumat-ma’lumat yang luas.

Yang pertama jama’a mempunyai ma’na yaitu : menghafal semuanya.
Dan ma’na yang kedua yaitu : membukukan al-Qur’an semuanya dalam bentuk tulisan dari ayat dan surat yang masih terpisah-pisah berkumpul menjadi satu.

Seperti apa yang pernah dikatakan oleh ‘Abdulaah bin ‘Amru ; aku sudah mengumpulkan al-Qur’an setiap malam hari, maksudnya saya sudah menghafalkan al-Qur’an.
Dan selanjutnya yang telah dikatakan Abu Bakar kepada Zayd bin Stabit ; ikutilah al-Qur’an lalu kumpulkanlah, maksudnya tulis al-Qur’an itu semuanya.


Kodifikasi al-Qur’an pada masa Rasulullah Saw.

Al-Qur’an adalah wahyu Ilahi yang diturunkan kebumi melalui seorang Nabi yang tidak bisa menulis dan membaca tulisan, beliau adalah Nabi Muhammad Saw. Walau beliau seorang yang tidak bisa menulis dan membaca pada awal masa kenabiannya, namun rasa semangat dalam menerima wahyu, serta menghafalkannya tidak mengurangi sama sekali. Hal itu dibuktikan ketika dalam proses pentransferan wahyu ke Rasulullah.

Beliau mengikuti dengan seksama, serta perhatian tinggi dalam pengajaran dan pimbingan yang disampaikan oleh malaikat Jibril, ketika dalam proses pentrasferan. Beliau benar-benar memperhatikan lafadz dan huruf yang keluar dari malaikat jibril, serta tidak mau melewatkan satu huruf pun dari al-Qur’an yang tertinggal dari konsentrasi beliau. Hal itu semua karena beliau sangat meperhatikan betul dalam menerima wahyu dari Ilahi.

Sampai Allah SWT. Menggambarkan dalam al-Qur’an, sikap Rasulullah Saw. ketika hendak mengafalkan al-Qur’an, beliau sangat tergesa-gesa dan ingin sekali bisa menguasai al-Qur’an tersebut dalam hatinya.
Allah SWT. Berfirman dalam Surat al-Qiyaamah ayat 16-19, yaitu :
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
“Jnganlah kamu gerakan lidahmu untuk membaca al-Qur’an hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, atas tanggung kamilah penjelasannya.”

Dan setelah Nabi Muhammad Saw. Mengahafal dan memahami al-Qur’an, barulah beliau menyampaikan al-Qur’an kepada sahabat-sahabt, dengan membacakanya pelan-pelan dan penuh perhatian agar mereka bisa mengfalkannya dan mempelajarinya. Semangat mereka dalam mempelajari, memahami dan menghafal al-Qur’an seperti api yang menyala-nyala, karena dari mereka sendiri sangat mencinta terhadap Nabi, Allah Swt dan al-Qur’an, maka dengan landasan bahan bakar kecintaan tersebut, membantu mereka dalam menghafal dan mempelajari al-Qur’an.

Tidak hanya itu yang dilakukan oleh para sahabat terhadap al-Qur’an. Mereka mencoba melakukan suatu upaya yang bisa menjadikan kosentrasi penuh dalam berintraksi dengan al-Qur’an serta menuangkan semua perhatianya dalam mempelajari, memahami dan menghafalnya, seperti yang pernah dilakukan para sahabat yaitu menjauhi kesibukan dunia, menjauhi kehidupan yang mewah, tidak lain tujuannya hanya memberikan al-Qur’an ditempat yang istimewah dalam diri mereka.

Peran Nabi Muhammad Saw. Dalam mendukung sahabatnya untuk menghafal al-Qur’an dan mempelajari selalu didorong terus dengan diberikannya kata-kata hikmah tentang keutamaan orang yang mempelajari dan menghafal al-Qur’an.
Tidak hanya itu saja, Allah Swt. Juga sudah mengatur itu semua, bagaimana para sahabat bisa mempelajari dan menghafal al-Qur’an dengan mudah. Dengan adanya al-Qur’an yang diturunkan berangsur-angsur itu salah satu cara yang menyebabkan mereka mudah dalam menghafal al-Qur’an. Seperti yang sudah Allah SWT. Terangkan dalam surat al-Qomar ayat 17 :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”

Dalam kitab sahih-nya Bukhari telah mengemukakan tentang adanya tujuh hafiz, melalui tiga riwayat. Meraka adalah Abdullah bin Ma’ud, Salim bin Ma’qal bekas budak Abu Hudzaifah, Mua’az bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Stabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda’. Penyebutan para hafiz tujuh ini tidak berarti pembatasan, karena beberapa keterangan dalam kitab sejarah dan sunan menujukan bahwa para sahabat berlomba-lomba menghafalkan al-Qur’an dan meminta anak-anak dan istri mereka untuk menghafalkannya.

Dari sini sudah bisa diambil kesimpulan bahwa dengan adanya para sahabat menghafal dan mempelajari al-Qur’an, maka hal itu dinamakan kodifikasi al-Qur’an dalam bentuk hafalan. Yang mana al-Qur’an itu semua sudah terkumpul dalam hati mereka.

Pada masa sahabat itu, ada sebagian dari mereka yang selalu berpegang selalu pada hafalan, mereka suka menjadikan hafalan itu sebagai catatan semu yang bisa dibuka sewaktu-waktu, seperti menghafal silsilah, menghafal sya’ir dan menghafal al-Qur’an. meraka tidak mau mencatat apa yang sudah dihafalkan kedalam bentuk tulisan, karena pada umumnya mereka buta huruf, tapi bukan berarti semua orang arab itu buta huruf, maka dari situlah Nabi Muhammad Saw. menyuruh para sahabat untuk menulis al-Qur’an ketika sudah dihafalnya. Karena disamping membantu para sahabat mudah dalam menghafalnya dan untuk menjadikan al-Qu’an itu ada tidak hanya dalam bentuk hafalan, namun harus ada dalam bentuk tulisan, serta dikhawatirkan terjadi sesuatu yang bisa merubahnya, karena al-Qur’an adalah mu’jizat yang apabila dibacanya mendapatkan pahala dari-Nya, maka harus sangat hati-hati sekali dalam menjaganya tetap utuh.

Para sahabat seperti Abu bakar, ‘Umar, ‘Ustman, ‘Aliy, Mua’awiyah, Ibn Mas’ud, Kholid bin Walid, Abi bin Ka’ab, Zaid bin Stabit dan Stabit bin Qoiys, merekalah yang menulis al-Qur’an dalam bentuk tulisan. Akan tetapi tidak ditulis dalam bentuk kertas, melainkan al-Qur’an pada masa itu ditulis diatas potongan batu, kulit binatang, pelapah kurmah. Kerena pada masa itu alat tulis tidak seperti sekarang yang mudah didapat dimana-mana. Jadi penulisan al-qur’an pada masa itu tidak terkumpul pada suatu tempat, tapi terpencar-pencar, dari potongan satu kepotongan yang lain.

Walaupun al-Qur’an ditulis ditempat yang terpisah-pisah, itu bukan berati bahwa ayat-ayat al-Qur’an tidak berurutan antara mana ayat yang pertama dan yang kedua serta seterusnya. Hal semacam itu seperti yang telah dikatakan oleh Zaid bin Stabit : Rasulullah telah wafat, sedang Qur’an belum dikumpulkan sama sekali.” Maksudnya adalah ayat-ayat dan surat-suratnya belum dikumpulkan sama sekali. Akan tetapi Mereka masih membaca al-Qur’an berurutan seperti yang turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Karena ketika al-Qur’an deserahkan kepada Rasulullah, malaikat Jibril sudah memberikan petunjuk bahwa mana ayat yang dilitakan di awal dan mana ayat yang diletakan diakhir.
hal itu sudah disinggung dalam hadist Nabi

(ضعوا هذه السورة في الموضع الذي يذكر فيه كذا و كذا)
(كنا عند رسول الله صلى الله عليه وسلم نؤلف القرآن من الرقاع)

Hadist diatas menunjukan bahwa ketika malaikat jibril mentransfer al-Qur’an kepada Rasulullah, dia juga menjelaskan kepada Rasulullah bahwa ayat ini letaknya disurat ini atau ayat ini menempati tempat ini. Dan apa yang dikukan malaikat itu bukan karena kehendak dirinya sendiri melaikan atas perinta Allah SWT. Agar meletakan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tempatnya.

Penulisan Al-Qur’an pada masa itu menggunakan tujuh huruf, karena al-qur’an itu sendiri diturunkan kebumi menggunakan tujuh huruf. Tidak hanya tulisan al-Qur’an saja yang ditulis oleh para sahabat, melainkan seperti tawil al-Qur’an, nasakh mansukh dan tafsir, seperti yang pernah dilakukan oleh Ibn Mas’ud.

Maka dari itu Nabi Muhammad Saw. Melarang kepada sahabat untuk tidak menulis sesuatu dari Rasullah kecuali al-Qur’an. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Muslim,
“Janganlan kamu menulis sesuatu yang berasal dariku, kecuali al-Qur’an. Barang siapa telah menulis dariku selain al-Qur’an, hendaklan ia menghapusnya”.
Pengertian hadist di atas bukan berarti mempunyai pengertian bahwa dilarangnya para sahabat menulis selain alu-Qur’an karena khawatir tercanpurnya antara tulisan al-Qur’an dengan tulisan lainnya, akan tetapi mempunyai pengertian bahwa Rasulullah hanya menginginkan agar perhatian dan konsentrasi sepenuhnya dicurahkan untuk al-Qur’an.

Salah satu alasan kenapa al-Qur’an pada masa Rasulullah tidak ditulis di satu tempat. Karena turunya al-Qur’an berangsur-angsur itu menandakan bahwa al-Qur’an sendiri berbeda dengan kitab-kitab syamawi yang lainnya. Karena turunya al-Qur’an kebumi berdasarkan terjadinya sesuatu, maka dari itu dilain waktu masih ada kemungkinan ayat satu dinask dengan ayat yang baru turun dan dikarenakan juga, pada masa waktu itu susah adanya peralatan tulis.


Kodifikasi dimasa khalifah Abu Bakar
Lima hari menjelang wafat, Rasulullah Saw berpidato menerangkan keutamaan Abu Bakar ash-Shidik dibandingkan seluruh sahabat lainya, ditambah lagi instuksi nabi dihadapan seluruh sahabat agar Abu Bakar ditunjuk menjadi imam kaum muslim dalam shalat. Setelah Rasulullah Saw. pulang keRahmatullah, maka Abu Bakar lah yang menjadi penggati urusan keIslaman. Dan dari situlah mulai bergerak Musailamah al-Kadzab mendakwakan dirinya adalah Nabi. Dia berupaya membuat activitas yang menyerupai perbuatan Rasulullah Saw. seperti Nabi pernah meludah disebuah sumur yang airnya seketika itu pula menjadi banyak, Musailamah pun meniruhnya dia pernah meludah kesebuah sumur tapi airnya malah menjadi kering, bahkan dia pernah meludah disebuah sumur yang lain namun airnya malah menjadi asin. Banyak sekali khurafat-khurafat dan kebohohan yang diobral Oleh Musailam di kalangan Bani Hanifah salah satunya adalah bahwa ia menerimah wahyu dari Tuhan-nya yaitu :

wahai katak anak dua katak
Bersihkan air kami niscaya kamu akan bersih
Kami tidakpula mencegah orang untuk minum
Kepalamu di air sementara ekormu ditanah.

sehingga ia dapat mempengaruhi Bani Hanifah dari penduduk Yamam, dan banyak sekali dari kalangan orang muslim disana yang murtad, tidak mau membayar zakat, sholat dan sebagainya.
Setelah Abu Bakar mengetahui tindakan Musailamah itu, beliau menyiapkan suatu pasukan tentara terdiri dari 4000 pengendara kuda yang dipimpin oleh Kholid bin walid. Pasukan Kholid berangkat untuk menggempur mereka. Dipeperangan Yamamah teresebut diantara para sahabat yang gugur dalam pertempuran tersebut adalah Zaid ibnu Khathabah, saudara ‘Umar dan selain dari pada itu pula 700 penghafal al-Qur’an. Setelah ummat Islam mengeraskan serangan meraka barulah pertolongan Allah Swt datang, dan pasukan Musailamah hancur lalu lari ke kebun kurma. Al-Barra’ ibn Malik. salah satu pasukan orang Islam menaiki tembok kebun untuk masuk kedalam, guna membuka gerbang pintu kebun kurma. Setelah tentara Islam masuk kedalam, barulah Musailah dan kawan-kawanya dibunuh, dan kebun tersebut dinami dengan kebun mati.

Melihat begitu banyaknya sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan pertempuran tersebut, maka timbullah Inisiatif ‘Umar ibn Khatab untuk mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an dalam satu tempat, karena dikhawatirkan al-Qur’an pada masa itu yang masih terpisah-pisah dan berada pada penghafal nanti akan musnah, disamping itu juga untuk menjaga al-Qur’an tetap utuh. Maka datanglah ‘Umar kepada Abu Bakar mengutarakan idenya untuk mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an pada satu tempat. Awalnya Abu Bakar menolak usulan dari ‘Umar untuk membukukan al-Qur’an dan keberatan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan Rasulullah Saw. bermusyawarah lah para sahabat dalam malasah tersebut. Dan ‘Umar pun tidak putus asa untuk mendesak dan memberi penjelasan yang bisa dibuat pertimbangan oleh Abu Bakar, bahwa perbuatan ini sungguh mulia, karena mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an dalam satu tempat adalah salah satu perbuatan menjaga dan memeliharanya, disamping itu juga Rasulullah Saw. pernah menghimbau untuk melakukan sesuatu dalam mejaga atau menghafal al-Qur’an, dan hal itu juga bukan suatu perkara yang baru, karena pada masa Rasulullah Saw, beliau memerintah sahabat untuk menulis al-Qur’an di potongan kulit, pelepah kurmah, batu dan lain, tidak lain itu perintah Nabi Muhammad Saw. agar menjaganya, akan tetapi sifat penulisnya masih terpisah-pisah. akhirnya Allah Swt membuka hati Abu Bakar, dan menyetujui dengan usulan ‘Umar. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Stabit untuk memikul tugas yang diberikan oleh Abu Bakar, agar mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an. mulanya Zaid tidak setuju usulan seperti itu, seperti yang dialami Abu Bakar, tapi selanjutnya ia bisa menerimanya.

Zait bin Stabit pun memulai tugas tersebut, dalam tugas tersebut ia dibantu oleh sahabat-sahabat lainnya seperti ‘Ubay bin Ka’ab, ‘Ustman bin ‘Afan dan Ali bin abi Tholib. dalam pengumpulan nas-nas al-Qur’an tersebut ia bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra dan catatan yang ada pada penulis. Ia sangat hati-hati sekali dalam pengumpulan nas-nas al-Qur’an, bahkan ia tidak mudah begitu saja menerima nas al-Qur’an yang cuma berdasarkan pada hafalan saja, tanpa didukung dengan tulisan yang mutawatir dari Rasulullah Saw, dan sebaliknya, atau disebut dengan menghadirkan dua saksi.

Selain membukukan dan mengumpulkan al-Qur’an kesatu mushaf, Zaid bin Stabit juga memilah-milah mana bacaan yang tidak dimansukh, ia juga tidak menerimah atau tidak membukukan nash yang tidak mutawatir riwayatnya, mushafnya juga mencakup tujuh huruf, ayat-ayatnya tersusun rapi, sedangkan surahnya masih belum. Maka dari itu dinamakan suhuf bukan mushaf. Suhuf-suhuf yang dibukukan oleh Zaid bin Stabit atas perintah Abu Bakar, berbeda dengan suhuf-suhuf yang dimiliki oleh sahabat-sahabat lainnya, karena suhuhf-suhuf yang dimiliki oleh para sahabat masih belum tersusun rapi dari segi naskhnya, susunan ayat-suratnya dan lainnya.

Setelah Abu Bakar wafat, al-Qur’an disimpan oleh khalifah Umar, dan setelah Umar wafat, al-Qur’an tersebut disimpan oleh Hafsah istri Rasulullah Saw. sengaja Umar menyerahkan Mushaf tersebut kepada istri beliau, karena Hafsah lebih berhak, dan Umar pun mempunyai pertimbangan lain, kalau sendainya mushaf tersebut diserahkan kepada sahabat lainnya, dikhawatirkan akan timbul fitnah dan sebagainnya. Sengaja mushaf yang dikodifikasikan pada masa Abu Bakar tidak diperbanyak, kendati pada waktu itu para sahabat banyak yang sudah menghafal al-Qur’an.

Kodifikasi pada masa ‘Ustman bin ‘Afan

Penyebaran Islam bertambah luas, para qurra pun tersebar di pelbagai wilayah, dan pendudukan disetiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari qori-qori yang dikirim kepeda mereka. Cara bacaan Qur’an yang meraka bawakan berbeda-beda sejalan dengan perbedaan huruf, yang mana al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Dan apabila meraka berkumpul pada suatu pertemuan atau disuatu medan perang, sebagian mereka merasa bingung dengan adanya perbedaan bacaan ini. Terkedang juga sebagian meraka merasa puas dengan perbedaan bacaan, karena perbedaan tersebut disandarkan pada Rasulullah Saw. tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak akan menyusup keraguan pada generasi baru yang tidak melihat Rasulullah Saw. sehingga terjadilah perbincangan bacaan mana yang baku dan mana yang lebih baku. Dan pada gilirannya juga terjadi pertentangan. bahkan akan menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Maka Fitnah yang demikian itu harus segera diselesaikan.

Ketika pengiriminan ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang bacaan al-Qur’an muncul dikalangan tentara-tentara muslim, sebagiannya direkrut dari siria dan sebagian lagi di Iraq. Masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, seperti meraka yang dari Syiria memkai qiraat Ubay bin Ka’ab, penduduk Iraq memkai qiraat Ibnu Mas’ud. Mereka menggungakan beberapa qiraat dengan memakai tujuh huruf. dan mereka juga menentang orang yang menyalahkan bacaannya, dan hingga saling mengkafirkan. Perselisihan ini cukup serius hingga menyebabkan pemimpinan peperangan yaitu Hudzaifah, melaporkan masalah tersebut kepada Ustaman bin Afan.

Titik permasalhanya adalah bahwasanya banyak dari penduduk Saym dan Iraq, bermacam-macam dalam membaca al-qur’an hingga meraka mencampur-adukan dengan dialek mereka. Maka dari itulah khalifah umar menyalin mushaf dengan menggunakan satu bacaan yaitu dengan menggunakan bahasa orang quraiys.

Yang menjadi alasan utama adalah menyatuhkan orang islam dan meniadakan pertingkain, yang telah terjadi dipenduduk dalam mempermasalahkan perbedaan bacaan al-Qur’an. maka dari itu khalifah Umar menyalin mushaf dengan menggunakan satu huruf yaitu bahasa orang quraiys.

Maka Khalifah Umar mengambil langkah yang didukung dengan para sahabat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatuhkan bacaan umat Islam.
Lalu Khalifah Umar pun mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam suhuf-suhuf Abu Bakar yang ada padanya. Kemudia Umar memanggil Zaid bin Stabit, Abdullah bin Zubair, Sa’i bin ‘As dan Abdurahman bin Harist bin Hisyam, ketiga orang terakhir ini dari suku quraiys. Menurut riwayat Ibnu abu Daud ada 12 orang yang bertugas membantu Zaid dalam menyalin mushaf. Lalu meraka diperintah agar menyalin suhuf-suhuf itu dan memperbanyak mushaf. Serta memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang quraiys tersebut ditulis kedalam bahasa quraiys, karena al-Qur’an turun dalam logat mereka. Setelah itu mushaf yang telah disalin tersebut dikirim ke bebrapa kota seperti ke Medinah, Kufah, Basroh, Damaskus dan Mekah.

Dan Khalifah Umar memerintahkan supaya membakar mushaf-mushaf mereka yang berlainan. Metode yang dipakai oleh Zaid bin Stabait beserta temannya dalam menyalin suhuf-suhuf yang ada pada Sayidah Hafsah, yaitu menyalin mushaf dengan menggunakan satu qiraat dengan satu huruf dari tujuh huruf.

Dalam ceramahnya 'Uthman mengatakan, "Orang-orang telah berbeda dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa saja yang memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad. hendaklah diserahkan kepadaku." Maka orang-orang pun menyerahkan ayat-ayatnya, yang ditulis diatas kertas kulit dan tulang serta daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah, mula­mula akan ditanya oleh `Uthman, "Apakah kamu belajar ayat-ayat ini (seperti dibacakan) langsung dari Nabi sendiri?" Semua penyumbang menjawab disertai sumpah, dan semua bahan yang dikumpulkan telah diberi tanda atau nama satu per satu yang kemudian diserahkan pada Zaid bin Thabit. Dan antara ayat-ayatnya dan suratnya sudah tersusun rapi.

Sedangkan salah satu kenapa Rasulullah tidak mewajibkan membaca qiraat itu semua dengan menggunakan tujuh huruf, itu karena sifatnya hanya keringanan penduduk pada zaman dulu dalam melafadzkan bahasa arab, maka dari situ Khalifah Ustman memerintahkan kepada Zaid untuk menyalin al-Qur’an kedalam satu Qiraat yang mutawatir dengan memakai satu huruf, dan membakar mushaf-mushaf yang berlainan dengan mushaf baru disalin, ini semua tidak lainya niat baik dari Khalifah Ustman agar umat Islam diseluruh penjuru bisa bersatu dan tidak boleh pecah belah.

Permasalahannya adalah ahli Syam dan Iraq, membaca al-Qur’an dengan huruf dan bacaannya berbeda-beda, sebenarnya meraka tidak salah membaca demikian, karena yang meraka baca, berasal dari para sahabat, seperti ibnu mas’ud ubay bin ka’ab, cuman titik permalahannya adalah dari mushaf-mushaf yang ada pada para sahabat masih tercampur dengan ma’na al-qur’an, ta’wilnya, naskh mansukhnya, dan juga dari generasi kegenerasi yang belum pernah bertemu dengan Rasulullah Saw. serta bacaan al-qur’an yang dibaca para penduduk syam, iraq mengalami pencampuran dengan dialek mereka. dikitab yang lain menerangkan bahwa bacaan mereka seperti bacaan para sahabat, tidak mengalami pencampuran dialek. akhirnya ketika mereka berkumpul disuatu peperangan, mereka terbingungkan dengan perbedaan bacaan al-qur’an yang meraka baca, pertikain tersebut memancing amarah meraka, hingga meraka mengkafirkan satu sama lain. Akhirnya Khuzaifah melapor kejadian tersebut kepada khalifah Ustman. Khalifah khawatir sekali pertingakain ini akan menyala besar dan mengakibatkan terpecahnya orang Islam. Akhirnya Khalifah membuat suatu lajnah yang terdiri dari 12 orang dari suku quraisy dan anshor, yang dipimpin oleh zaid bin stabit. Mereka bertujuan menyalin suhuf-suhuf yang ada pada para sahabat, dan tidak ketinggalan pula suhuf-suhuf yang ada pada Hafsah. Menyalin suhuf-suhuf tersebut menjadi mushaf yang rapi, tersusun, dari segi ayat, surat dan bacaannya. Adapaun bacaanya menggunkan bahasa orang quraiys, sebagaimana al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan logat orang quraiys. Sedangkan untuk masalah apakah mushaf ustamni tersebut menggunakan tujuh hurus atau satu huruf, hal ini masih dalam ikhtilaf ulama’.
Manna kholil al-qottan mengatakan, bahwa Zaid dan kelompoknya menyalin al-qur’an dengan menggunakan satu huruf dari tujuh huruf dan memakai satu qiraat.
Dalam muqorro usuluddin tingakt II, bahwa sebagia ulama mengatakan mushaf Ustmani mengandung tujuh huruf.
Sedengkan sebagai ulama lainnya, mengatakan bahwa mushaf ustmani memakai satu huruf dari tujuh.

Mushaf ‘Ustmani

Terdapat perbedaan diantara Ulama mengenai berapa jumlah mushaf yang dikirim ke kota. Ada yang mengatakan 4 buah mushaf yaitu dikirim ke Kufa, Basra, Syiria dan satu lagi di Madinah yang dibawa oleh Khalifah Ustman. Dan ada yang mengatakan tujuh buah mushaf.

Khalid bin Iyas bin Shakr bin Abi al-Jahm, dalam meneliti Mushaf milik `Utsman sendiri, mencatat bahwa naskah itu berbeda dengan Mushaf Madinah pada dua belas tempat. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah.



Dengan jelas, naskah `Uthman miliki pribadi sama seperti Mushaf yang ada di tangan kita sekarang. Sedangkan dalam Mushaf Madinah terdapat sedikit perbedaan yang boleh kita simpulkan seperti berikut: (1) satu tambahan dalam ; (2) Tidak ada dalam ; (3) tidak ada dalam ; (4) ada dua dalam ; Semua perbedaan, yang hampir tiga belas huruf dalam 900 baris, akan tetapi tidak mempengaruhi arti setiap ayat dan tidak membawa alternatif lain kepada arti semantik. Mereka juga tidak bisa disifatkan sebagai sikap tidak hati-hati. Zaid bin Stabit memegang teguh prinsip bahwa dalam setiap penemuan bacaan dalam berbagai naskah diperlukan kesahihan, dan status yang sama (equal status), dan kemudian meletakkannya dalam naskah yang berbeda


Banyak ilmuwan yang telah menguras waktu dan tenaga mereka dalam membandingkan Mushaf 'Uthmani, dan melaporkan apa yang mereka dapatkan dengan ikhlas dan tidak menyembunyikan apa pun walau sedikit. Abil Uarda, seorang sahabat terkenal, telah bekerja keras tentang perkara ini sebelum dia meninggal dunia pada dekade yang sama dengan pengiriman Mushaf, dan meninggalkan istrinya (janda) untuk menyampaikan penemuannya. Untuk memudahkan, ketika semuanya dikumpulkan sungguh sangat mengejutkan. Semua perbedaan yang terdapat dalam Mushaf Mekah, Madinah, Kufah, Basra, Suriah, dan Naskah induk Mushaf 'Uthmani, melibatkan satu huruf, seperti: ... dst. Kecuali hanya adanya (dia) dalam satu ayat yang artinya tidak terpengaruhi. Perbedaan ini tidak lebih dari empat puluh huruf terpisah di seluruh Mushaf enam ini.
sedangkan untuk keberadaan Mushaf Ustmani yang khusus itu ternyata memancing perdebatan yang rumit. Berikut ini beberapa pendapat keberadaannya :
1. al-Maqrizi berpendapat bahwa mushaf tersebut dikirim ke Mesir. Pada mulanya mushaf ini ditemukan di perpustakaan al-Muqtadir billah, salah satu dinasti Abbasyiah, lalu dipindahkan kemasjid Amr. Lalu mushaf tersebut dipindah ke masjid Zaenab, pada tahun 1304 H, dan pada akhirnya dipindah dimesjid Hussen. Mushaf tersebut diduga mushaf ‘Ustmani yang khusus.
2. pendapat kedua, bahwa mushaf ini sekarang berada di basrah, mushaf tersebut berada di masjid Ali, karena melihat tetesan dara Ustman pada lembaran mushaf tersebut, ketika khalifah Ustman dikepung oleh perampok.
3. bahwa mushaf tersebut berada di Instambul, tepatnya dimuseum Thub Qabu Saray.

Sampai hari ini terdapat banyak Mushaf yang dinisbatkan langsung kepada ‘Uthman, artinya bahwa Mushaf-mushaf tersebut asli atau kopian resmi dari yang asli. Inda Office Library (London), dan di Tashkent (dikenal dengan Mushaf Samarqand). Mushaf-mushaf ini ditulis pada kulit, bukan kertas, dan tampak sejaman. Teks-teks kerangkanya cocok satu sama lainnya dan sama dengan Mushaf-mushaf dari abad pertama hijrah dan setelahnya, sampai pada mushaf-mushaf yang digunakan pada masa kita ini.

Penutup
Dalam makalah yang masih perlu didiskusikan dan masih banyak kekurangnya dalam isi dan lain sebagainya, boleh kita tutup. Akan tetapi mengenai pembahasannya tidak bisa kita tutup dalam waktu ini saja. Karena melihat begitu banyak perbedaan pendapat mengenai kodifikasi al-Qur’an. Dan melihat penulis makalah ini, terkadang terbingungkan dengan adanya perbedaan kitab satu dengan kitab lainnya, dikarenakan lemahnya pengetahuan bahasa arab. dan mungkin posisi penulis disini hanya memberikan info-info dan sebagai pengantar kegerbang wacana yang lebih luas.
Kebenaran menurut kita belum tentu benar bagi orang lain, kebenaran orang lain belum tentu sama benar dengan kita, dan kebenaran menurut kita semua belum tentu benar bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang tahu segala-galanya.
Untuk itu keritik dan saran yang pedas, sangat ditunggu dan diharapkan pagi penulis sebagai cambuk untuk membuat makalah yang berkualitas lagi.
Wallahu A’lam.





DAFTAR PUSTAKA
1. Ash Shidikiy, T.M. Hasbi ,sejarah dan pengantar ilmu al-Qur’an, Bulan bintang, Jakarta.
2. al A'zami, M.M ,The History of The Qur'anic Text - From Revelation to Compilation, diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dkk, gema insani press, 1 april 2005.
3. ghorib, Fathi Muhammad, huquku mahfudzoh lilmualif, muqorror tingakt II.
4. ‘Abas, Fadhi Hasan , ghidzau jinaan bistamrotul jinaan, darul nafais, ordon, cet. I, 2007.
5. Azarqoni, Muhammad Abdul ‘Adhim , manahilul qur’an fi ‘ulumil qur’an, ditahqik oleh ahmad bin ‘aliy, darul hadist, kairo, 2001.
6. Syahbah, Muhammad bin Muhammad, madkol lidiroosati al-Qur’an karim, maktab sunnah, kairo, cet. 3, 2003,
7. al-Qattan, Manna’ Khalil , Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, diterjemahkan oleh Drs.Mudzakir AS, litera antarnusantra dan Pustama Islamiyah.
8. Kastir, Ibnu , Tartib wa tahdzib kitab bidayah wanihayah, diterjemah oleh Abu Ihsan al-Astari, Darul Haq, Jakarta, Cet I, 2004.
9. Anwar Mag, Rosihon ,Samudra al-Qur’an, pustaka setia, Bandung, cet I, 2004.
10. Terjemah al-Qur’an al-karim



[+/-] Selengkapnya...

Senin, 07 April 2008

Kreativitas Ulama’ dalam Pengembangan Hukum Islam di Pesantrem

Kreativitas Ulama’ dalam Pengembangan Hukum Islam di Pesantren
M. Ainul Yaqin, M.Ed.

April 5th, 2008 ·

Dalam mengkaji literatur-literatur hukum Islam (teks kitab-kitab fiqh), perangkat ini (hermeneutika) merupakan kerangka metodologis yang tidak boleh ditinggalkan terutama ketika berhadapan langsung dengan realitas teks yang menjadi rujukan pokok seperti Al-Qur’an dan Hadits.

Di samping itu, perangkat hermeneutik ini juga dapat dijadikan sebagai metode analitik dalam mengkaji kondisi eksternal maupun internal yang melatari lahirnya sebuah teks atau fatwa, termasuk diantaranya adalah setting historis berikut kondisi subyektif Si pengarang teks itu sendiri (kondisi mental Si pengarang/ mushannif).

Mungkin, contoh paling sederhana yang dapat kita ambil, untuk menunjukkan adanya keterkaitan substansial antara realitas teks atau fatwa dengan kondisi eksternal tradisi taqlid dalam konteks pemaknaan hukum Islam terjadi dalam setiap generasi, sesuai dengan tingkat kemampuannya dalam memahami sumber hukum itu sendiri.

Dalam hal ini, gambaran struktur kronologisnya dapat dibagi menjadi tiga peringkat kemampuan dan kreativitas intelektual; Peringkat pertama adalah para mujtahid yang menafsirkan hukum Islam langsung dari sumbernya. Peringkat kedua adalah para muttabi’ yaitu kelompok yang mengikuti para mujtahid dengan mengetahui kerangka konseptual dan sumbernya.

Dan peringkat yang ketiga adalah muqallid yaitu kelompok yang mengikuti secara membabi buta pendapat dan teori-teori ulama sebelumnya tanpa meneliti ulang kebenaran dan kesesuaiannya dengan realitas kekinian.

Dengan demikian, maka penggunaan istilah taqlid di sini dapat dimaknai sebagai hilangnya kreativitas para ahli (ulama atau faqih) terhadap pemaknaan dan pengembangan hukum Islam itu sendiri . Kenyataan seperti inilah yang menjadi gejala umum di lingkungan pesantren kita.

sumber http://ainulyaqin.com/2008/04/05/kreativitas-ulama-dalam-pengembangan-hukum-islam-di-pesantrem/

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 24 Januari 2008

FismabaForum Untuk Semua

Assalamu alaikum

Rekan sekalia yang berbahagia, dengan terbentuknya FismabaForum dengan model yang lain, kami mengajak anda bergabung untuk menyambung silaturahmi antara kita via forum, dengan berbagai tema dan judul yang telah tersedia dan anda pun berhak mengusulkan tema yang belum ada.

Kelebihan forum ini, tak perlu anda membuka email (kecuali pertama kali setelah daftar, dan hanya untuk mengaktifkan account anda) setelah anda punya user name, dan pasword forum, anda bisa diskusi tanpa repot memilih dan memilah, anda cukup memilih tema yang anda sukai, dan forum itu tidak akan terkirim ke email anda.

Kelemahan forum itu adalah arsipnya hanya akan ada di web forum, jadi tidak sebaik pengarsipan yahoo groups sebagaimana milist ini, maka bagi yang mau mengirim data penting silahkan dikirim ke yahoo groups ini, kalau sekdar diskusi ringan bahkan in line frame, anda akan terpuaskan di fismabaforum,

Setelah anda berhasil daftar, maka dilain waktu anda tak perlu repot mencari alamat urlnya, anda cukup membuka www.fismaba.tk maka anda tinggal pilih (forum) diantara pilihan yang ada.

FismabaForum terbuka bagi siapa saja, sebagaimana terbukanya milist fismaba2004 ini, dengan catatan sesuai kode etik dan budaya yang kami terapkan sesuai santri tambakberas, untuk itu silahkan lihat langsung, dengan mengklik www.fismaba.tk atau klik http://fismaba.forumotion.com/index.htm

Kita harus berubah kawan!!

Selamat berkarya dan berdiskusi

Wassalamu alaikum

Fismaba untuk kita semua
FismabaWebsite, FismabaForum, FismabaBlogspot, FismabaMaillist
Kita harus berubah!!! menjadi lebih baik

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 13 Januari 2008

Lisensi FISMABA

مؤسسة بحرالعلوم
Yayasan pondok Pesantren "BAHRUL ULUM"
TAMBAKBERAS JOMBANG JAWA TIMUR
Kantor : Jl. KH. Abdul wahab Chasbulloh Tambakberas Jombang 61451 Telp.(0321) 869955


S U R A T K E T E R A N G A N

Nomor : 04/B/Y/PPBU/VII/2003

Yang bertanda tangan dibawah ini ;
Nama : KH ACH. TAUFIQURROHMAN FATTAH
Jabatan : Ketua Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Alamat : Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur, Menerangkan sekaligus memberi REKOMENDASI ;

Bahwa FISMABA ( Forum Informasi dan Silaturrohim Mahasiswa Alumni Bahrul 'Ulum ) adalah organisasi non politik yang dibentuk oleh para alumni Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum d Cairo.
Bahwa organisasi tersebut bergerak dalam bidang social kemasyarakatan antar alumni Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum di Cairo.
Bahwa FISMABA secara resmi telah kami rekomendasikan keberadaanya dengan segala konsekuens organisasi terkait dengan hak dan keawajiban organisas tersebut.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


Jombang, 29 Juli 2003
Ketua Yayasan PPBU,

Ttd


KH. ACH. TAUFIQURROHMAN FATTAH
Catatan :
Kop surat ada logo PPBU dibagian kanan atas
Tanda tangan dan stempel dibawah tanggal dan diatas nama, stempel yang dipakai adalah stempel ber AKTE NOTARIS No. 18/1983

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 01 Januari 2008

Waktu Kita

Waktu Kita
Oleh Zen Luqmani

"Tahukah Anda, Apa sebenarnya yang sangat berharga di dunia ini?....
Detik yang baru saja berlalu ”

Saya yakin kita, saya dan Anda semua sadar akan betapa berharganya sebuah waktu walau hanya sedetik. Kita semua sadar kalau dalam sedetik bisa terjadi sebuah perubahan, seperti halnya kita sadar akan adanya tahun, bulan, minggu, hari, jam dan menit, bermula dari adanya sebuah detik. Tapi apakah kita sadar berapa banyak detik yang kita sia-siakan ?

Ada sebuah permainan yang berhasil membuat saya sadar akan betapa berharganya waktu buat kita, mudah-mudahan dapat diambil manfaatnya;

Sekarang Anda Siapkan secarik kertas dan sebuah pena atau alat tulis yang lain.
Kalau sudah, sekarang coba Anda tuliskan 5 nama orang-orang yang betul-betul Anda cintai, dan kelima orang itu sekarang masih ada dikehidupan anda.

Sudah ?

Kita tahu dalam kehidupan tidak semua yang kita inginkan akan bisa terwujud
Kadang apa yang kita anggap yang terbaik bagi kita belum tentu yang terbaik bagi-Nya
Tapi percayalah, apa yang Tuhan putuskan buat kita adalah yang terbaik bagi kita
Sekarang, Tuhan dengan kuasanya ingin mengambil salah satu dari nama yang anda tulis tadi. Dan disini Tuhan masih memberi kompromi kepada Anda untuk memilih siapa kiranya diantara kelima nama tadi yang anda relakan untuk dipanggil Tuhan terlebih dahulu. Anda sudah memilih ? Sekarang anda harus coret nama tadi dari daftar kelima nama orang-orang yang betul-betul anda cintai. Silahkan !

Saya tahu bahwa kelima nama tadi memang betul-betul berharga bagi Anda.
Saya tahu, terkadang berat sekali kalau kita berfikir kalau mereka ini harus meninggal mendahului kita, tapi kita masih bisa memilih dari daftar nama tadi. Kita sebenarnya tidak ingin kalau Tuhan memanggil dengan tiba-tiba, tanpa rencana, memanggil orang-orang yang Anda cintai tadi.
Saya tahu berat sekali, tapi daripada tiba-tiba, Tuhan masih memberi kesempatan buat kita untuk memilih dan anda harus coret nama tadi dari daftar anda

Sekarang Anda tinggal mempunyai 4 nama,
Saya yakin 4 nama ini adalah orang-orang yang memang betul-betul Anda cintai dan Anda sayangi saat ini. Dan saya yakin 4 nama ini juga betul-betul sangat mencintai dan menyayangi Anda saat ini.
Dan sekali lagi, Tuhan mempunyai kehendak lain, dan jika Tuhan sudah mempunyai kendak, kita tidak bisa melakukan apa pun.
Tuhan menginginkan satu nama lagi dari keempat nama orang-orang yang betul-betul Anda cintai tadi. Dan sekali lagi Anda bisa memilih, siapa kiranya yang Anda relakan untuk lebih dulu meninggalkan Anda ? dan Anda harus coret salah satu dari kempat nama tadi.

Sudah ?

Sekarang Anda tinggal mempunyai 3 nama,
Saya yakin 3 nama ini adalah orang-orang yang betul-betul hadir dalam setiap kehidupan Anda saat ini. Saya yakin 3 nama ini adalah orang-orang yang betul-betul Anda sayangi saat ini. Dan saya yakin 3 nama ini adalah orang-orang yang betul-betul menggantungkan hidupnya kepada Anda, mereka membutuhkan kasih sayang Anda, mereka hidup bersama-sama Anda. Dan sekali lagi, Tuhan berkehendak lain, Tuhan menginginkan untuk memanggil satu nama lagi dari 3 nama orang-orang yang Anda cintai tadi, sekali lagi Anda bisa memilih siapa diantara 3 nama tadi yang Anda harus relakan untuk dipanggil oleh-Nya dan anda bisa coret nama yang anda pilih.

Saya tahu berat sekali, sangat berat ! kalau kita harus merelakan mereka mendahului kita.
Dan terutama hidup kita untuk mereka, untuk 3 nama ini. Seakan-akan kalau 3 nama ini tidak hadir dalam kehidupan kita ya mendingan kita tidak hidup saja. Tetapi sekali lagi anda harus coret salah satu dari 3 nama tadi, dari pada dengan tiba-tiba Tuhan berkehendak lain.

Sekarang tinggal tersisa 2 nama lagi,
Saya ingin bertanya pada Anda, Apakah kira-kira hidup Anda saat ini untuk mereka berdua?
Sekali lagi saya yakin hidup mereka sangat bergantung pada Anda. Dan sekali lagi Tuhan berkehendak lain, Anda diberikan untuk kompromi, Anda harus memilih satu nama lagi yang harus Anda coret, dan beliau ini harus meninggal mendahului Anda, Anda harus memilih diantara dua nama tadi.

Saya yakin Anda merasa berat, saya yakin Anda akan mengatakan “ Saya tidak sanggup kalau hidup tanpa mereka” saya yakin akan hal itu. Dan kita tidak pernah tahu rencana Tuhan itu seperti apa?, Tuhan berkehendak lain dan Tuhan selalu menginginkan yang terbaik dari diri kita.

Sekarang tinggal tersisa satu nama lagi,
Saya yakin Anda berfikiran bahwa satu nama ini adalah orang yang betul-betul hadir dalam setiap kehidupan anda.
Saya yakin mungkin Anda ingin mengatakan “Sudah jangan kau panggil lagi !” tapi apala daya kita sebagai manusia untuk melarang Tuhan.
Saya yakin, bahwa satu nama ini adalah orang yang betul-betul Anda inginkan untuk mengisi kehidupan Anda sampai akhir hayat Anda. Akan mendampingi Anda nanti sampai tua. Saya tidak tahu itu siapa.
Dan sekali lagi, tuhan berkehendak lain. Saya yakin, sebenarnya kalau Anda bisa memilih, Anda ingin dipanggil duluan daripada satu nama ini, saya yakin itu. Tapi sekali lagi Tuhan berkehendak lain, dan Tuhan menginginkan untuk memanggil satu nama tadi dan Anda harus coret nama itu.

Ok, semua orang yang Anda cintai, semua orang yang Anda sayangi, semua orang yang anda kasihi telah Anda coret dan mereka telah meninggal mendului Anda. Sekarang bagaimana dengan Anda ?, pilihannya adalah Anda harus meneruskan kehidupan Anda ataukah Anda mengakhiri kehidupan Anda saat itu juga ?.
Dan sekali lagi Tuhan mengiginkan yang terbaik buat diri Anda. Kita semua ini milik Tuhan, mereka orang-orang yang disayangi-Nya akan di tempatkan di tempat yang paling layak bagi-Nya, saya yakin itu.

Dan Anda tidak perlu sedih, Kenapa ?
Karena kenyataannya 5 orang itu masih ada saat ini.
Kenyataannya 5 orang itu masih menemani kehidupan anda saat ini.

Kita harus betul-betul meluangkan waktu untuk mereka saat ini, kenapa ?
Karena kehidupan ini sulit di tebak, dan kehilangan akan terasa sangat nenyakitkan apabila yang hilang adalah sesuatu atau orang-orang yang sangat kita cintai.

Selamat Tahun Baru 2008
Semoga kita lebih bisa menghargai waktu dan lebih bijaksana dalam memanfaatkannya, sehingga kesuksesan akan serta-merta menghampiri kita. Amin !

Sumber http://wonk-ndeso.blogspot.com/2007/12/waktu-kita.html

[+/-] Selengkapnya...

Belajar Bersahabat Dari Uzumaki

Belajar Bersahabat Dari Uzumaki
Oleh Abil Abal Abul Abbas

"Bijuu, Chakra. Jutsu, Rasengan, Hokage, Chuunin, Shinobi", istilah-istilah ini sekarang sudah bukan lagi menjadi kata-kata asing bagiku. Meski agak susah artikulasinya, tapi soal maksud barangkali aku dah banyak ngerti. Yah istilah-istilah ini menjadi familiar kurang lebih mulai setahun yang lalu. Berawal dari ketidak-sengajaan, saat aku dan seorang temen mau mengembalikan Handy-Cam dirumah salah satu temen. Aku penasaran melihat si tuan rumah itu sedang serius menikmati sebuah film kartun. Dan karena urusan handy-cam itu cukup lama, terpaksa aku niatkan ikut nonton film kartun itu daripada bengong nganggur. Satu-dua episode aku ikuti ceritanya, dan aku hanya bisa diam dan sesekali bertannya ke temen si "empu" film itu. Agaknya alur cerita yg menarik dengan adegan Battle-nya, membuat beberapa pertanyaan-pertanyaanku gak dijawab oleh temenku itu. Dan terkadang jawabnya juga ngasal, tapi itu nggak membuatku jadi merasa dicuekin. Toh aku kadang juga merasa begitu, kalau sudah serius menikmati bacaan atau tontonan, jadi kurang peka kalau diajak ngobrol.

Hampir sejam lebih aku menikmati serial kartun itu, mungkin karna kebetulan episodenya menarik dan ada adegan fight yang asyik, tak terasa kalau urusan Handy-cam itu dah beres. Tapi karena ceritanya yang makin bikin penasaran, jadi aku teruskan lagi nontonnya dengan sedikit- sedikit maklumat yang mulai aku dapatkan. Mulanya tahu film ini aku nggak respek, bukan karena faktor apa-apa sih ,ya cuma karna formatnya yang kartun itu aja. Bagiku film-film kartun cukuplah menghiasi masa kecil dan beliaku."Masak tuwek-tuwek jek nontok film kartun", pikirku waktu itu.

Tapi yang membuatku jadi tertarik, mungkin karena jumlah episode yang banyak dan itu bener-bener ada, bayangkan ada ratusan episode, Waw!. Apalagi masih dalam suasana liburan, tentu menjadi hiburan tersendiri menikmati film yang berjilid-jilid seperti ini. Ya akhirnya dengan bantuan hardisk temen aku minta untuk mencopy-nya. Eh lebih tepatnya aku usul ke temenku itu, karena ternyata temen yang kuajak itu sudah lebih dulu tahu tentang kartun itu. Meski udah dikasih tahu didepan, tapi aku lupa lagi ini film namanya apa. karena dari judulnya aja nggak Good Listening, beda dengan film-film kartun yang pernah menjadi idolaku, macam The He-man, Silver Hawk, The Centurions, Thunder Cat, G-Force, dan terakhir Dragon Ball. Ya barangkali judulnya yang kurang "mbarat" jadi kesannya kurang gagah. Tapi soal alur cerita barangkali bisa dibandingin dengan yang lain. Jadi sekrang aku dah keranjingan menikmati film kartun serial ini, Uzimaki NARUTO!.

Film Kartun Naruto merupakan adaptasi dari manga Naruto yang diterbitkan pertama kali di Jepang pada tahun 1999, yang merupakan karya Masashi Kishimoto. Dari informasi yang aku dapat, popularitas Naruto ini menyaingi kompatriotnya, yaitu Dragon Ball. Bahkan dari panjang episode dan ceritanya, Naruto lebih dari Dragon Ball. Dari prestasi dan penghargaan yang diraih, kini Serial Naruto adalah manga yang paling terkenal dan naik daun di seluruh dunia. Bahkan dalam sebuah polling di salah satu TV Jepang, Naruto menjadi peringkat pertama 100 Anime terbaik. Dan mendapat pula penghargaan sebagai Best Graphic Novel dlm Quill Award di Amerika Utara.


Mengapa Serial ini bisa menjadi menarik dan kelihatan fenomenal? Setiap film kartun tentu punya kekhasan tersendiri. Dalam genre Anime, barangkali yang sering ditonjolkan adalah sisi kekuatan rekayasa Graphic-nya, disamping juga isi ceritanya. Sebutlah anime-anime made in jepang, rata-rata unsur artistik dalam komputerisasi sangat kentara dibanding anime-anime made in lain. Namun bagiku, kekuatan cerita masih menjadi idola. Sudah berapa puluh judul kartun yang sempet kunikmati, namun hanya satu dua tiga yang mampu membekas di hati. Tak lain karena disamping menghibur juga memberikan edukasi. Tak jarang, pelajaran berharga yang bisa diambil dalam film animasi tak kalah dibanding film non animasi. Jadi tak heran, bila hati tiba-tiba menjadi Pinky, hanya karena nonton Film Animasi.

Dari sosok tokoh utama dalam serial ini, karakternya memang dibuat hitam-putih. Artinya Naruto tidak melulu digambarkan sebagai sosok yang perfect tanpa cacat, namun dia ditampilkan sebagai karakter manusia pada umumnya. Yang mana disisi lain dia juga tidak selalu ditampilkan sebagai sosok yang annoyous,layaknya peran seperti Nobita ataupun shincan. faktor inilah yang membuatku merasa enjoy menikmati. Latar belakang Naruto yang tidak menyenangkan, menjadi titik tolak ide cerita yang ingin disuguhkan. Bahwa dalam setiap kekurangan dan kelemahan terdapat sebuah kekuatan dan spirit untuk menjadi yang terbaik. Manusia pasti tidak bisa menghapuskan kelemahan dan kekurangan yang dipunya, namun manusia bisa merubahnya untuk bisa menjadi lebih baik.

Nilai-nilai dalam serial ini secara eksplisit bisa dinikmati lewat dialog dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Dari duo Guru besar Naruto, Jiraiya dan Kakashi,nampak ditampilkan perilaku konyol yang nyrempet ke arah yang "ngeres", namun di sisi lain mereka punya sifat penuh pertimbangan yang matang. Dan masih banyak karakter tokoh-tokoh lain yang unik, seperti si Gendut Chouji yang doyan makan, sehingga seolah-olah makan adalah menjadi sumber kekuatan terbesarnya.

Secara garis besar. menurutku banyak sekali nilai-nilai yang bisa memberikan edukasi dalam serial ini. Seperti tentang kuatnya persahabatan, pentingnya kesetiaan, perasaan saling memahami-melindungi dan lain sebagainya.

Namun diantara yang paling menggelitik hatiku adalah nilai persahabatan yang ditampilkan dalam sosok Naruto. Bagaimana perasaan Naruto ketika Sasuke, sahabat yang sudah dianggapnya saudara pada akhirnya harus jatuh di tangan orang jahat dan menjadi orang yang memusuhinya. Tanpa mempedulikan nasibnya, Naruto terus berjuang tak kenal lelah demi mengembalikan Sasuke ke jalan yang benar. Belum lagi persahabatan yang dibangun sebagai sesama murid Ninja dalam sebuah tim penyelamatan, jatuh bangun Naruto berjibaku dengan musuh dan dirinya demi menyelamatkan sahabat-sahabatnya. Sampai dalam episode yang layaknya seperti dalam kehidupan nyata, karena sama-sama mempunyai latar belakang yang tidak menyenangkan, Naruto menjadi orang yang paling merasakan kehilangan saat Gaara diculik oleh gerombolan musuh. Kesungguhannya dalam menjaga persahabatan bisa aku rasakan dari bulir-bulir air mata yang sering tumpah meruah.

Selaras dengan ajaran yang selama ini kita dapatkan, persahabatan mempunyai pengaruh yang besar buat kehidupan kita ini. Seperti sebuah ilustrasi, bila kita berteman dengan penjual minyak, kita juga akan ikutan bau minyak. Nah kalo berteman dengan penjual Thokmiyah? ya itu tergantung bau asal anda juga.

Ketika ada seorang teman yang "menegur", Apa sih yang kamu sukai liat kaya gitu (Naruto)?, aku jawab pertanyaan temenku itu, " Ya karena sudah mengikuti dari awal". Tapi dalam hati, aku ngerasa mendapatkan hiburan dan segenggam pelajaran yang berharga.Bahwa persahabatan tidak hanya diukur dengan seberapa banyak kita memberi dan menerima, tapi lebih dari itu seberapa tulus dan sungguh2 kita menjaganya. Dan ketika ngobrol-ngobrol sama keponakanku yang kelas 6 SD, tak lupa aku singgung masalah Naruto, apakah suka juga? Ternyata dia juga suka, dan aku berharap dia juga bisa mengambil nilai-nilai yang baik dalam serial ini.

Sungguh, untuk menunggu keluarnya episode Naruto yang baru setiap minggunya tentu bukan perkara yang gampang. Yang jelas aku kecewa jika selesai setiap episodenya karena harus menunggu seminggu lagi. Namun yang membuatku tak kalah kecewanya, aku pernah kehilangan 4 poster, salah satunya poster Naruto gara-gara tertinggal di badan si Burung Besi "Etihad".

Miss U Naruto, kapan kamu nongol lagi?? Ah Datte Bayyo!!!

291207
Manuto Kun
Sumber : http://bulbasku.blogspot.com/2007/12/belajar-bersahabat-dari-uzumaki.html

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 28 Desember 2007

The Tourist Industry; Is It Benefical to Local People?

The Tourist Industry; Is It Benefical to Local People?
Oleh Fathan Aniq

Some days ago, I read Iwan Mucipto’s paper on tourist industries in Lombok. The paper itself is entitled “Development for Whom? The Tourism Industry in Lombok, Indonesia” which was presented by the writer in the Ninth INFID Conference, “Good Governance in Regional Development” in Paris 1994. I found this paper in a bulk material about Lombok in the KITLV library. The paper is so impressive. When I was reading it, I felt myself flying back to my island and found many places with their atmospheres like what Mucipto described. He described many interesting tourism destinations in Lombok Island. However, what I found is not the beautiful scene of these places nevertheless terrible stories about unfortunate societies living in those places. Besides smiles and cheerfulness of the tourists visiting the places, there are weeping and sorrow of local inhabitants. Here, I want to briefly share my reading on Mucipto’s paper.

Lombok, which is located precisely east of Bali, is well known for its natural beauty. There are many interesting tourist destinations which can be found on this small island. Beaches, waterfalls, mountains and Segara Anak Lake are among the most popular destinations that have invited many foreigners to come to Lombok which in turn has become a big source of income for the local government, the West Nusa Tenggara Province. However, this advantage is not always beneficial to local people. It barely makes significant positive changes within society. For its poverty, some say that Nusa Tenggara Barat really stands for Nusa Sengsara Barat (Heavy Sorrow). Below some examples of how in the name of tourism, local people did not get any beneficial from their own land.


Senggigi

The Senggigi beach was the first area in Lombok to be developed for tourism. The UNDP (the United Nations Development Programme) recommendation to develop Lombok’s tourism sector has long been kept secret among investors and government agencies. Knowing this recommendation, many investors and government officers rushed to purchase land in the area which has driven prices up tremendously. In order to acquire the land from the local people at cheap prices, investors together with the government ask villagers to sell it or threaten to confiscate it.

Years ago, the Senggigi area was a well-known fishing area and a fish market. As Senggigi has now been developed as a resort area, many villagers have been forced to move further inland. This forced relocation has had a huge effect on the local-people-economic life since they had to change their occupations and they had no experience in those new occupations. New hotels around the beach also do not absorb many local people as their worker either in building the hotels or in operating them. Most of the employees originated from Java, Bali and foreign countries. It is difficult to prove that the Senggigi community is realizing any benefit from the development of the tourist industry in their area.

Gili Terawangan, Gili Meno, Gili Air

These three Gilis are located in the Tanjung Resort Zone. Up to 1979, Gili Terawangan could not be inhabited due to a thick mangrove forest and various pests like mosquitoes and rats. In 1976, a corporation got a permit to open the area up for coconut plantation and then they recruited labors from Lombok. However, the pests destroyed all of the harvest and the company abandoned the plantation and its employees on the Gili. The labors continued their substistence life through plowing, fishing, an herding small livestock.

In 1985, a German tourist spent a night on the island. He then wrote a travel guide mentioning Gili Terawangan as an ideal tourist destination, noted for its gentle and hospitable local people. Ever since, thousands of German tourist have visited this Gili and the local people started to build small-scale tourist industries. Gradually, their quality of life improved as more and more people came to stay in the Gili and the locals became absorbed into the tourist economy.

However, in 1991, the previous corporation returned to the island and reclaimed their former plantation land which they had abandoned years earlier. They demanded that the locals demolished their bungalows on the grounds that the land is government-owned. The local government supported this claim and requested that the people relocate elsewhere.

The people in Gili Terawangan insisted that they had been utilizing the land for more than two years and had acquired land certificates a long time ago. They claimed that under the law they were eligible to utilize the land as long as they had been utilizing it continuously for at least two years.

In the Lombok New Order era, if someone talked about opening a business in the tourist sector, we would often hear the following remarks: “I know the former General X” or “I was asked by the son of General X to join a business”, or “I will introduce you to Mr. X who is a former high-ranking government officer from department of Y”. There was a strong belief that without proper “backing”, a given enterprise would not have the assurance that their business would still be in operation once a stronger, more well-connected businessman enter into the game.

Meanwhile, in the case of Gili Meno, collusion among bureaucrats and investors is even clearer. Here, from its hamlet leader to its district leader took parts in sacrificing the local people regarding land matters.

In the Gili Air case, the land take-over went smoothly as the village leaders were under threat by the investors to mediate the sale of the villagers’ land. It could safely be concluded that in the case of Gili Terawangan and Gili Air, a Bupati and even a Governor cannot adequately protect citizens’ rights, In other words, power became a loose cannon. It was not used to maintain societal interest instead of investors’ interest.



Kuta and Sekaroh

The Kuta beach, located in the south coast of Lombok, was declared a restricted area in 1989, and BPN (State Land Agency) was instructed not to issue any ownership certificates in the area. However, as many as 200 hectares was eventually authorized to the Lombok Tourist Development Corporation (LTDC). This corporation is a joint venture between PT. Rajawali and Pemda (the local government) that has split shares of 65% and 35% respectively. The LTDC planned to construct the tourist resort “Putri Nyale” on the site.

Residents of the area were informed that they would have to move and would receive some compensation. This resulted in unrest and social conflict. Despite their refusal to move, the villagers were forced to leave their lands without adequate compensation resettlement.

Another aspect being jeopardized by tourist development in Kuta is the cultural aspect. There is a tradition of Sasak or/and Wetu Telu community in Lombok to gather in the Seger beach at the full moon in February. At the determined time, all the customary leaders gather on the beach to look for the swarms of Nyale (worms). Through Nyale, local people believe that they can predict whether or not they will have a successful harvest and whether or not they will find their perfect mate in life (a matchmaking ceremony).

This ceremony is a ritual key for Lombok society which is held as an annual jamboree. For investors this ritual ceremony has been translated into a commodity. The location of the ceremony has been fenced off, forcing the locals to walk around the swamp and squeeze among cars and motorcycles of tourists from the cities to access the site. The local government has also interfered as the Governor himself has Instructed that Bau Nyale should be conducted during the weekends in order to persuade more tourists to come. In response, the villagers eventually relocated the ceremony to a more isolated area in Sekaroh. Unfortunately, however, investors are now looking for land in Sekaroh for the tourist industry.

The Tupat War in Lingsar

Cultural abuse and selling local cultural assets can also be found in Lingsar. Here, the tourist industry is eagerly promoting the Lingsar temple and the Tupat War ceremony as “tourist objects”. A stage for tourists was erected around the temple and guides from the city lead tourists to the place. The Tupat War is practiced among the Balinese and followers of Wetu Telu (the indigenous community of Lombok) to celebrate peacefulness between these two societies. The ceremony symbolically means that they no longer throw spears at each other but throw blessings instead, which is tupat (a traditional Indonesian dish made of rice cake, boiled in a rhombus-shaped packet of plaited young coconut leaves).

Investors have constructed platforms for tourists to watch the ceremony. They have definitely not been invited, but the platforms enable them to witness the cultural events free. Tourists make no financial contribution whatsoever to the locals and all of the tourist dollars go to the travel agents.



Tanak Awu International Airport

In addition to what were mentioned by Mucipto, it is also noteworthy to talk about Tanak Awu case in which people were sacrificed by the government. In order to increase the amount of tourism on this island, the local government has a plan to build a new international airport in the centre of the island. With the international airport, foreigners who want to go to Lombok are able to go immediately to the island without transiting first in other Indonesian airports. The recent airport, Selaparang, is considered inadequate for this purpose. Therefore, the government looked for another piece of land, namely Tanak Awu, in which to build the new airport.

The conflict between the government and the owners of the land started in 1995 when the state-owned airport operator PT Angkasa Pura 1 expropriated 850 hectares of fertile land by an administrative act. Since then, the local leaders have oppressed the peasants. Most of the Tanak Awu villagers are poor peasants. They have been living in the area for generations. However, the project continues.

This one-sided decision made the peasants angry. They did not want to leave their land. Although the local police had notified them to leave the fields, they kept on planting rice and other plants. Finally, the conflict could not be hindered. The peak of the conflict was on 18 September 2005, when the local police fired more than 700 peasants who gathered to commemorate Indonesia’s National Peasants’ Day. Many people were wounded and hospitalized. Some other people were arrested.

It is too ironic that the governments on the one hand try to be very friendly to foreigners by enabling them totally nice trips, but on the other hand they become very unfriendly to their own society. The Tanak Awu case is another example of how the poor hardly benefit from their natural resources. In this respect the resources were exploited for tourism. Building a new international airport, which sacrifices the poor, is not the only way to increase the number of tourists coming to the island. For me, many other things can be done for this purpose such as promoting the island through the media and cutting many illegal taxes which burden tourists. To build a good image is better than to build a new airport.

Leiden, 24 December 2007

Sumber : http://www.fathananiq.co.nr/

[+/-] Selengkapnya...