Jumat, 28 Desember 2007

FISMABA DAN ORGANISASI INDUK MASISIR

FISMABA DAN ORGANISASI INDUK MASISIR
Sebuah Tinjauan Sejarah Singkat
Oleh : Mukhlis Yusuf Arbi’

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa....(QS. 24:55)


Pendahuluan

Diskursus tentang kemahasiswaan, baik mengenai kiprah mereka dalam pentas perpolitikan nasional, sejarah perjuangannya, organisasi bentukannya ataupun sebagai agen perubahan masih sering terdengar dan fasih diangkat oleh para aktivis mahasiswa. Ada beberapa faktor kenapa topik ini masih aktual dibicarakan, diantaranya: yang pertama; dinamika mahasiswa yang terus bergulir, dimana pada fase seseorang menjadi mahasiswa, terdapat keenderungan untuk melakukan perubahan baik yang bersifat gradual atau bahkan sampai kepada revolusioner. Sehingga tidak heran jika mahasiswa selalu identik dengan anti kemapanan. Yang kedua; iklim kebebasan yang cukup tinggi dalam nuansa kampus, merangsang kepekaan mereka untuk semaksimal mungkin melakukan penyaluran atas kran-kran kebebasan yang tersumbat. Yang ketiga; mahasiswa adalah harapan terbesar untuk masa depan bangsa, berangkat dari realitas ini maka sense of politic mutlak dimiliki mahasiswa sebagai penunjuk arah atas carut marutnya arah politik serta kebuntuan-kebuntuan sosial yang diretas oleh aktor politik bangsa. Dari ketiga faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi wacana kemahasiswaan-terlebih bagai para aktivis- terlahir dari dua arah panah eksternal dan internal. Faktor internal berhubungan dengan mahasiswanya itu sendiri sebagai subyek, sedang faktor eksternal berasal dari luar tubuh mahasiswa yaitu masyarakat atau bangsa sebagai obyek. Maka secara langsung mahasiswa secara fitrah tidak pernah bisa dilepaskan dari masyarakat.

PPMI Sebagai Organisasi Induk Masisir

PPMI yang merupakan kepanjangan dari Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia, adalah nama baru yang dipakai untuk mengistilahkan hal yang lama. Sebelum PPMI, pernah juga dipakai nama-nama lain seperti HPMI (Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) dan HPPI (Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia).

Seperti banyak ditulis dalam sejarah, organisasi pelajar jawi yang pertama kali didirikan di Kairo adalah Jami’ah Setia Pelajar, yang pertama kali didirikan pada tahun 1913 dan dipimpin oleh Syeikh Isma’il. Pengurus dan sekaligus anggota inti organisasi ini pada awalnya berjumlah 12 orang. Jamiah ini juga menerbitkan majalahnya bernama al-ittihad dengan redaksi Ahmad Fauzi Sambas dan Muhammad Fadl Allah bin Muhammad Suhaymi Singapura. Majalah ini diedarkan tidak hanya di lingkungan mahasiswa Melayu di Kairo, tetapi juga di Mekkah, Malaya dan Hindia Belanda, sehingga dapat mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Melayu umumnya.

Kemudian pada 14 September 1923 dibentuklah sebuah organisasi yang diberi nama al-jam’iyah al-Khairiyah Lit Thalabah al-Jawiyah. Saat itu ketuanya adalah Fathurrahman Kafrawi mahasiswa asal Jogya. Organisasi ini pun menerbitkan jurnal Seruan Azhar, dimana tema pokok jurnal ini seputar upaya memajukan Islam dan mencapai kesatuan kaum Muslimin. Kemudian diteruskan oleh kawan-kawannya seperti Mahmud Yunus, Kahar Muzakkir dll.

Al-jam’iyah Al-Jawiyah ini berakhir sejarahnya pada tahun 1935, karena dibentuk organisasi baru perkumpulan Indonesia dengan Malaysia saja yang bernama PERPINDOM, kepanjangan dari Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia. Namun PERPINDOM pun kemudian harus bubar seiring dengan momen ingin merdekanya Indonesia dari tangan penjajah. Terjadi pro dan kontra antara kelompok yang ingin tetap bergabung dengan Malaysia dan kelompok yang ingin menyendiri dengan nama Indonesia. Dan saat-saat itulah kemudian muncul nama HPPI (Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia). Organisasi HHPI inilah yang sangat berperan penting dalam usaha melobi raja mesir untuk mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1966, saat HPPI dipimpin Djazuli Nur dan sekretarisnya Abdurrahman Wahid (Gusdur), HPPI mendapatkan kehormatan menjadi peserta pada konferensi PPI Eropa yang diadakan di Rumania. HPPI dengan dua delegasi resminya Jazuli Nur dan Gusdur, saat itu sempat menolak rancangan komunike konferensi yang isinya mendesak untuk membubarkan HMI dan Masyumi. Saat itu memang kekuasaan politik komunis tengah berjaya dan hampir menguasai seluruh politik luar dan dalam negeri Indonesia. Sepulang konferensi tahun 1966 itu, ada pesan tersendiri yang dirembukkan pengurus HPPI saat itu bahwa alangkah baiknya kalau semua himpunan pelajar itu disamakan dari sisi namanya. Dan barulah terpola opini dan ada keinginan secara massif untuk mengganti nama HPPI menjadi PPI.

Bertahun-tahun jalan PPI, Orde Baru dibawah pimpinan pimpinan Soeharto mengharuskan semua organisasi memakai asas Pancasila. PPI yang saat itu memakai asas Islam secara mayoritas menolak kehadiran asas tunggal. Dan pada saat itulah dengan sendirinya PPI harus bubar karena surat resmi dari duta besar RI di Kairo ini untuk membubarkan PPI karena tidaki mau mencantumkan asas tunggal. Selang beberapa tahun terjadi kevakuman organisasi dan selang beberapa tahun pula muncul nama HPMI (Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) yang dianggap lebih bisa bekerjasama dengan keinginan Orde Baru pada saat itu.

Tahun 1995, kinerja HPMI sudah sangat loyo dan tidak berdaya lagi. Karena banyak sisa-sisa semangat PPI, banyak keinginan untuk menguburkan lagi HPMI dan digantikan dengan nama baru. Dan nama PPMI lah yang disepakati dalam MUBES (Musyawarah Besar) di auditorium Shalah Kamil Universitas Al-Azhar Kairo.

Namun seperti sudah menjadi sunnatullah, semakin tinggi sesuatu maka akan semakin kencang angin yang menerpa. Begitu pula dengan PPMI, konflik-konflik kecil sempat mewarnai blantika politik masisir, konflik yang tidak hanya menarik elit politik saja, akan tetapi kaum grass root alias masyarakat mahasiswa. Penulis sengaja singgung masalah ini karena bagaimanapun itulah yang memberi sedikit warna dalam tubuh organisasi induk masisir. Warna yang semoga tidak menjadikan kita fanatis atau bahkan anarkis, tetapi warna yang akan selalu menjadikan organisasi induk kita selalu dinamis dan kritis.

FISMABA, Si Bungsu Yang Mandiri

FISMABA, atau kepanjangan dari Forum Informasi Silaturrahmi Mahasiswa dan Alumni Bahrul ‘Ulum adalah salah satu organisasi almamater termuda yang ada di blantika organisasi di Kairo. Organisasi ini didirikan kira-kira sepuluh tahun yang lalu di daerah abdur rasul, di kediaman saudari Nadia Jirjis Lc. Waktu itu FISMABA tidaklah mapan dan terorganisir seperti sekarang ini. Mungkin salah satu alasan yang paling tepat adalah jumlah mahasiswa dan alumni Tambakberas tidaklah banyak dan cukup membludak seperti sekarang, tidak lebih dari 15 orang yang menghadiri kelahiran si bungsu ini.

Dengan massa yang tidak terlalu banyak ini, menurut pandangan pribadi penulis, FISMABA ketika itu tidaklah lebih dari sekedar wadah berkumpulnya teman-teman sesama mutakhorrijin Tambakberas dalam berbagai acara semacam tahlilan, tasyakuran dan sejenisnya, alih-alih sekedar malas menyebut FISMABA sebagai wahana kongkow semata. Namun bermula dari sebuah kesederhanan itulah, akhirnya wajah FISMABA tahap demi tahap telah mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Dalam catatan sejarah yang penulis dapatkan dari teman-teman turast, FISMABA ketika itu baru memiliki seorang ketua yang dipilih secara aklamasi ala NU, kalau tidak salah menyebut ketua terpilih ketika itu adalah saudara Nur Fatah, alumni dari MAN Tambakberas. Kemudian pada tahun 2002 saudara Ahmad Kasban menjadi ketua untuk satu Periode, tahun 2003-2005 saudara Tamim Asyhar untuk dua periode, 2005-2006 dipimpin saudara Ahmad Amiruddin dan sekarang 2006-2007 diketuai oleh saudara Mukhlis Yusuf Arbi.

Bisa dibilang FISMABA start sebagai organisasi almamater secara resmi pada tahun 1999, dimulai dengan adanya beberapa pembentukan divisi ala kadarnya dan sering hanya berfungsi sebagai formalitas dan bersifat simbolik. Yang menjadi perhatian utrama saat itu adalah bagaimana agar organisasi ini bisa tetap eksis. Dengan segala kemampuan para senior kita telah berhasil memainkan perannya sebagai pendiri dan pejuang eksistensi organisasi ini.

Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi kita ini semakin bertambah beras dan berkembang. Semakin bertambah besar organisasi maka akan semakin bertambah besar pula kebutuhan akan kader dan seabrek perangkat organisasi lainnya. Dimulai pada tahun kepemimpinan Ahmad Kasban, FISMABA berusaha tampil memikat dan secantik mungkin. Pada tahun ini pula bulletin Teras untuk pertama kalinya diterbitkan, bertempat di rumah yang sempit di daerah thub romly Teras diterbitkan dengan wajah ala kadarnya. Begitu pula diskusi-diskusi kecil sempat menghiasi agenda kegiatan FISMABA kala itu.

Kemudian pada tahun kepemimpinan Gus Tamim, FISMABA semakin berusaha tampil memikat. Kalau tidak salah ingat pada tahun inilah FISMABA diterima secara resmi sebagai salah satu organisasi almamater resmi dibawah naungan PPMI Mesir. Diskusi-diskusi ilmiah sempat mewarnai dinamika pergerakan sang bungsu FISMABA. Bertempat di sekretariat nan asri dan megah di daerah Makrom Abid inilah banyak dilahirkan keputusan-keputusan penting untuk keberlangsungan FISMABA. Dan singkatnya, Gus Tamim terpilih secara aklamasi untuk menjadi ketua umum yang kedua kalinya.

Kepemimpinan Abah Amir di tahun berikutnya tidak sedikit beda dengan gaya kepengurusan sebelumnya, Cuma satu departemen saja ketika itu yang diganti nama dan fungsinya, departemen informasi dan komunikasi yang pada tahun sebelumnya diserahi tugas untuk pengembangan website FISMABA diganti dengan departemen humasy, sementara untuk tugas pengembangan website diserahkan wewenangnya kepada sekretaris II ketika itu. Di tahun ini FISMABA sempat mengalami masa-masa yang cukup sulit karena adanya penemuan pemalsuan ijazah Muallimin yang notabene pelakunya adalah alumni Tambakberas itu sendiri, namun berkat kesigapan dan koordinasi antara FISMABA Mesir, KBRI dan pihak di Indonesia semuanya bisa diselesaikan dengan baik. Pada masa-masa ini pula FISMABA sempat mengalami paceklik keuangan, anggota yang semakin banyak dari tahun ke tahun dengan jumlah pemasukan dana yang tidak seberapa menjadi penyebab utama. Dan di tahun ini pula lahir al-fikr study club, istilah lama yang diperbaharui dimana sebelumnya bernama diskusi dwi mingguan, karena berbagai tuntutan dan kebutuhan diganti namanya menjadi al-fikr study club.

Di penghujung tahun 2006 bertempat di Griya Jateng tanggal 25 Agustus 2006, FISMABA mengadakan SA untuk yang ketiga kalinya. Dengan jumlah massa sekitar 110 orang wisma nusantara begitu terlihat sempit untuk ditempati gawe besar FISMABA setiap tahun ini. acara ini begitu terlihat istimewa karena untuk pertama kalinya dibentuk tim verifikasi organisasi yang bertugas meneliti dan memberi penilaian atas kinerja kepengurusan FISMABA selama setahun melalui LPJ akhir DP FISMABA. Serta beberapa perubahan AD/ART yang bersifat mendasar. Dan di akhir sidang sekitar jam satu malam, saudara Mukhlis Yusuf Arbi terpilih sebagai ketua umum FISMABA periode 2006-2007.


Penutup

Demikian tulisan ini penulis sampaikan, semoga paparan singkat ini dapat menambah wawasan para peserta untuk kemudian akan kita kembangkan dalam dialog. Penulis sengaja berbicara sejarah masisir karena wadah organisasi induk kita disini terbukti peran dan fungsinya dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sekalipun dalam catatan sejarahnya, ia pernah mengalami kevakuman bahkan pembubaran, semangat untuk selalu merevitalisasi wadah induk induk itu akan selalu ada seiring dengan keberadaan mahasiswa Indonesia di bumi kinanah ini. Begitu pula dengan organisasi almamater kita FISMABA, sekalipun sampai sekarang masih belum bisa memainkan perannya yang jelas di blantika masisir, namun setidaknya bisa dijadikan sebagai wadah latihan teman-teman almamater untuk berkreatifitas dan berorganisasi. Penulis teringat salah satu ungkapan Bung Karno sang proklamator, Jas Merah ! jangan sekali-kali melupakan sejarah. Akhirnya, selamat berjuang dan berdoa. Wallahu a’lam


Rab’ah Adawiyah 04 Syawal 1427 H



Tidak ada komentar: